Sunday, October 5, 2008
SynergyNet, Aplikasi Teknologi Multitouch di Dunia Pendidikan
Lebih Mudah Tampilkan Contoh Gambar dan Ajarkan Penjumlahan
Sekolah zaman sekarang identik dengan duduk di kelas dan mendengarkan penjelasan guru. Cara tersebut berpotensi menimbulkan kebosanan. Tapi, sebentar lagi metode itu akan berubah. Pelajar nanti akan berada di kelas berteknologi tinggi. Belajar pun bisa lebih interaktif dan praktis.
-----------
Pemandangan di sebuah kelas yang terdiri atas meja guru, papan tulis, dan bangku-bangku siswa adalah suatu hal yang biasa. Sang guru berdiri di depan kelas dan menuliskan materi pelajaran di papan. Sementara itu, murid-muridnya duduk manis di bangku masing-masing.
Para peneliti di Durham University, Inggris, mengamati pola belajar mengajar tersebut sejak lama. Menurut mereka, itu kurang menarik. Ada cara pengganti yang lebih interaktif. Kelompok ilmuwan yang menamakan dirinya Technology-Enhanced Learning Research Group (TEL) pun coba berbuat sesuatu.
TEL pun lantas mengembangkan rancangan sebuah ruang belajar modern. Sistem belajar inovatif itu diberi nama SynergyNet. Komponen utamanya adalah sistem bernama Information Communications Technology (ICT). Keseluruhan sistem dibangun oleh software khusus, smartboard untuk guru, dan sebuah meja berteknologi multitouch.
Para anggota TEL menyebut meja itu sebagai versi besar Apple iPhone. Meja tersebut dilengkapi sistem penglihatan yang mampu mengenali sinar inframerah. Perangkat itu juga memiliki network dan terhubung dengan smartboard utama milik guru.
Sang guru bisa menunjukkan gambar-gambar materi pelajaran dengan lebih mudah pada smartboard. Setelah itu, baru objek ditampilkan pada meja. Mengajarkan penjumlahan dan pengurangan juga lebih mudah. Sebab, cara ini diwujudkan dengan bentuk gambar benda pada meja.
Meja itu tidak hanya bisa diset untuk penggunaan individu, namun juga mampu digunakan beberapa siswa secara bersamaan. Mereka bisa berinteraksi dalam meja, baik menggunakan jari maupun pensil.
SynergyNet juga membuat kesempatan belajar jadi lebih merata. Murid wanita yang biasanya pasif bisa lebih banyak ambil bagian. Para siswa yang punya keterbatasan fisik juga bisa belajar dengan leluasa. Sebab, interaksi dengan materi pelajaran dapat dilakukan hanya dengan sentuhan.
Segala kemudahan itu sesuai dengan visi ICT. Yaitu, mengubah cara belajar mengajar serta membantu meningkatkan hasil pembelajaran dengan cara sharing ide. Sistem tersebut juga berorientasi agar kegiatan mengajar jadi lebih menyenangkan. Metode itu pun bisa menyediakan lebih banyak pilihan cara dan tempat untuk belajar.
"Kita sekarang tidak perlu berjalan ke papan tulis. Meja ini bisa menjadi screen dan keyboard serta berperan seperti whiteboard multitouch. Ini menyediakan ruang yang lebih luas untuk kegiatan belajar mengajar yang lebih partisipatif," ujar Dr Liz Burd, director of Active Learning in Computing di Durham University.
Sekolah zaman sekarang identik dengan duduk di kelas dan mendengarkan penjelasan guru. Cara tersebut berpotensi menimbulkan kebosanan. Tapi, sebentar lagi metode itu akan berubah. Pelajar nanti akan berada di kelas berteknologi tinggi. Belajar pun bisa lebih interaktif dan praktis.
-----------
Pemandangan di sebuah kelas yang terdiri atas meja guru, papan tulis, dan bangku-bangku siswa adalah suatu hal yang biasa. Sang guru berdiri di depan kelas dan menuliskan materi pelajaran di papan. Sementara itu, murid-muridnya duduk manis di bangku masing-masing.
Para peneliti di Durham University, Inggris, mengamati pola belajar mengajar tersebut sejak lama. Menurut mereka, itu kurang menarik. Ada cara pengganti yang lebih interaktif. Kelompok ilmuwan yang menamakan dirinya Technology-Enhanced Learning Research Group (TEL) pun coba berbuat sesuatu.
TEL pun lantas mengembangkan rancangan sebuah ruang belajar modern. Sistem belajar inovatif itu diberi nama SynergyNet. Komponen utamanya adalah sistem bernama Information Communications Technology (ICT). Keseluruhan sistem dibangun oleh software khusus, smartboard untuk guru, dan sebuah meja berteknologi multitouch.
Para anggota TEL menyebut meja itu sebagai versi besar Apple iPhone. Meja tersebut dilengkapi sistem penglihatan yang mampu mengenali sinar inframerah. Perangkat itu juga memiliki network dan terhubung dengan smartboard utama milik guru.
Sang guru bisa menunjukkan gambar-gambar materi pelajaran dengan lebih mudah pada smartboard. Setelah itu, baru objek ditampilkan pada meja. Mengajarkan penjumlahan dan pengurangan juga lebih mudah. Sebab, cara ini diwujudkan dengan bentuk gambar benda pada meja.
Meja itu tidak hanya bisa diset untuk penggunaan individu, namun juga mampu digunakan beberapa siswa secara bersamaan. Mereka bisa berinteraksi dalam meja, baik menggunakan jari maupun pensil.
SynergyNet juga membuat kesempatan belajar jadi lebih merata. Murid wanita yang biasanya pasif bisa lebih banyak ambil bagian. Para siswa yang punya keterbatasan fisik juga bisa belajar dengan leluasa. Sebab, interaksi dengan materi pelajaran dapat dilakukan hanya dengan sentuhan.
Segala kemudahan itu sesuai dengan visi ICT. Yaitu, mengubah cara belajar mengajar serta membantu meningkatkan hasil pembelajaran dengan cara sharing ide. Sistem tersebut juga berorientasi agar kegiatan mengajar jadi lebih menyenangkan. Metode itu pun bisa menyediakan lebih banyak pilihan cara dan tempat untuk belajar.
"Kita sekarang tidak perlu berjalan ke papan tulis. Meja ini bisa menjadi screen dan keyboard serta berperan seperti whiteboard multitouch. Ini menyediakan ruang yang lebih luas untuk kegiatan belajar mengajar yang lebih partisipatif," ujar Dr Liz Burd, director of Active Learning in Computing di Durham University.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment